Salam
Bahagia Bapak dan Ibu Guru Hebat…..
Perkenalkan
saya Liawati, S.Pd. dari SMA Negeri 7 Tanjung Jabung Timur, calon Guru Peggerak
Angkatan 8 tahun 2023. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang
Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin.
Namun sebelumnya saya kutipkan kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan
renungan bagi kita bersama.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang. Pada hakikatnya pendidikan ini untuk mengembangkan potensi
seseorang dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan untuk menjadikannya sebagai
manusia yang utuh. Pemberdayaan potensi peserta didik diarahkan untuk membangun
karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan lingkungannya.
Sebagai sebuah institusi moral, sekolah merupakan sebuah miniatur dunia yang
berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan
moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam
menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh
sekolah, adalah teladan bagi murid.
Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal
ini akan tercermin dalam perilaku kesehariannya, sehingga seorang pendidik
dapat menjadi role model bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di
lingkungan tempat tinggal.
Dalam menjalankan perannya, kita sebagai seorang pendidik harus mampu
memberikan kontribusi bagi peserta didik, dimana dalam setiap pengambilan
keputusan harus berpihak kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai
kebajikan. Kita menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan
integritas sekolah, nilai-nilai apa yang akan dijunjung tinggi, dan
keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi
seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Jadi seorang pendidik
senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai
kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Hal ini
sejalan dengan kalimat bijak berikut:
Memahami kalimat tersebut, maka pendidikan merupakan suatu proses
menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma-norma sehingga akan
menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk
menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan
saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai
negeri ini di masa depan.
Setelah kita memahami beberapa hal diatas, berikut adalah pendekatan
atas tinjauan dari koneksi antar materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru
Penggerak tentang pengambilan keputusan.
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar
Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana
sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang
terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu : Ing
ngarso sung tulodo, artinya di depan menjadi teladan. Dalam pengambilan
keputusan maka seyogyanya seorang guru harus menerapkan prinsip dan paradigma
pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil adalah dapat
dijadikan contoh atau teladan bagi murid-murid baik di kelas maupun kehidupan
pribadinya. Dengan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam proses
pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada siswa
dalam hal bagaimana mengambil keputusan yang tepat yang tentu saja akan
berdampak pada kesejahteraan siswa kita. Ing madya mangun semangat karsa,
artinya di tengah membangun. Hal ini seyogyanya keputusan seorang pemimpin
pembelajaran harus bisa memberikan bagi murid untuk belajar dan mengembangkan
potensi diri Tut wuri handayani. yang artinya di belakang memberi dukungan
dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang dibutuhkan harus memberikan
dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.
Berdasarkan hal
tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya menerapkan pengambilan
keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip,
dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan berpegang teguh pada prinsip atau
filosofi pratap triloka. Dimana nilai ketiga adalah sebagai teladan, sebagai
motivator, pemberi dukungan yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin
pembelajaran maka akan memberikan dasar yang baik dalam pengambilan keputusan,
nilai-nilai tersebut yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu
menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan berpihak
pada kepentingan murid. Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarsa sung
tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus
memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap
pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras
sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madya mangun karsa dan pada akhirnya
guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap
permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan
murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut
Wuri Handayani.
2. Bagaimana nilai-nilai yang
tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil
dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap guru bainya memiliki nilai-nilai positif yang
sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi
dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai
yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang
tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut
merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang
menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan
rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada
dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita
berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Keputusan tepat
yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang
teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita
mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu
memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai
positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid
adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional
kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan
berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk
meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang akan pikiran seseorang dalam suatu keputusan. nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip kita dalam memutuskan sesuatu. Sebagai seorang pembelajaran guru berpegang teguh pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan universal serta nilai tanggung jawab sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat ditanggung jwabkan. Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan yang memperkuat dan juga cara pandang terhadap masalah sehingga dapat mempertajam analisis terhadap kasus dilema etika maupun bujukkan moral yang dialami dan memperkuat paradigma berpikir maupun berpikir kita sehingga kita berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan yang bisa diperbuat.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing
yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam
perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan
keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah
efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan
keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang
telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam
menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita
maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita
dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat
pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila
dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian
keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pembimbingan yang
telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya
berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai
kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat
saya pertanggung jawabkan.
Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan
diambil keputusannya, dimana coach menguraikan masalahnya dengan membantu
terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan
mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach
mengarahkan coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari beragam
pilihan-pilihan solusi atas masalahnya. Kegiatan terbimbing pada materi
pembelajaran, sangat membantu sekali dalam mengarahkan guru pada pengambilan
keputusan yang tepat dan guru sebagai coachee dapat menganalisis keputusan yang
telah diambil, dengan pertanyaan – pertanyaan yang bisa mengembangkan
metakognisi/berpikir kritis terhadap keputusan sehingga guru sebagai coachee
bisa mengeksplor potensi diri dan menghasilkan keputusan yang berpihak pada
murid sehingga gurupun dapat mengoptimalkan potensi siswa melalui pembinaan
dalam pengambilan keputusan. Secara umum proses coaching merupakan kegiatan
kemitraan antara coach dan coachee yang membantu coachee untuk membuat
keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi. Tahap demi tahap proses
coaching dari segi tujuan, masalah, rencana aksi dan berisi pertanyaan
reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi coachee pada proses
pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan
bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan coachee pada pengambilan
keputusan yang efektif .
TIRTA merupakan model coaching yang
dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk
memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching,
yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah
satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak
saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah
akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan): coach perlu
mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
Reality (Hal-hal yang nyata): proses
menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan): coach membantu
coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya
akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan untuk maju):
komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim
dari :
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
4. Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan?
Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani
perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses
pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil
belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang
tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi
sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran
dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan
merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus
yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik.
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat
tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap
permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari
berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah
permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus
yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak
akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya
akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai
yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat,
benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai
yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan
yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai
harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru
Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada
anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan
masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir
kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak
khususnya peserta didik.
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang bisa berupa nilai
kejujuran, loyalitas, kepedulian, kepedulian terhadap orang lain, memenuhi
janji dan lainnya. Nilai yang ada tersebut akan menentukan prinsip dalam pengambilan
keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam membuat keputusan
sering menggunakan lebih dari satu pertimbangan tentu berdasarkan nilai-nilai
etika yang dipahami dan dianutnya. Pengambilan keputusan adalah memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi yang
dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut seseorang akan menentukan sudut
pandang, kecendrungan paradigma dan prinsip yang diambil seseorang dalam
membuat keputusan.
Dilema Etika adalah situasi dimana terjadi batin karena
situasi yang memiliki situasi yang sama namun bertentangan. Etika berarti
nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil mencerminkan
nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi.
untuk itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru
harus memegang teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan
keputusan.
4 Paradigma Berpikir:
a. Individu lawan masyarakat (individu
vs komunitas)
b. Rasa keadilan lawan rasa panggang
(justice vs rahmat)
c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty)
d. Jangka pendek lawan jangka panjang
(jangka pendek vs jangka panjang)
3 Prinsip Berpikir:
a. Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking)
b. Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking)
c. Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Berpikir Berbasis Peduli)
Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan
yaitu:
Langkah 1 : Mengenali bahwa ada
nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Langkah 2 : Menentukan siapa yang
terlibat dalam situasi ini
Langkah 3 : Kumpulkan fakta-fakta yang
relevan
Langkah 4 : Pengujian benar atau salah,
yang terdiri atas:
a. Uji Hukum
b. Uji Regulasi/Standar Profesional
c. Uji Intuisi
d. Uji Halaman Depan Quran
e. Uji Panutan/Idola
Langkah 5: Pengujian Para digma Benar lawan Benar
Langkah 6: melakukan Prinsip
Resolusi
Langkah 7 : Investigasi Opsi Trilema
Langkah 8: Buat keputusan
Langkah 9, Tinjau lagi keputusan dan
refleksikan
6. Bagaimana pengambilan keputusan
yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada
masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan
keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan
sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu
mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal
tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki konsekuensi
positif terhadap institusi atau lembaga diaman kita berada. Pengambilan
keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai pemimpin pembelajaran,
karena secara langsung atau tidak langsung keputusan kita akan berpengaruh
terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau lingkungan tempat kita
berada, dan terutama komunitas dimana kita berada atau siswa yang mungkin juga
berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Sehingga dalam membuat keputusan kita harus memikirkan
konsekuensi yang efektif dari keputusan kita, dengan terlebih dahulu memikirkan
terlebih dahulu keputusan kita menggunakan prinsip-prinsip pengambilan
keputusan yang. Karena jika keputusan kita tepat, maka akan terwujud lingkungan
yang positif, juga kondusif serta aman dan nyaman, karena keputusan kita
menentukan hal tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jika kita salah mengambil
keputusan, tentu saja konsekuensinya juga tidak akan baik dan berdampak buruk
pada lingkungan dan orang-orang yang beroperasi secara langsung maupun tidak
langsung dengan keputusan kita.
7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan
di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah
perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan
seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada
murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem
penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini
akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat
berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila
keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media,
penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong
kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan
kondratnya.
Jika masalah yang timbul merujuk bersinggungan dengan
pihak lain baik itu guru ataupun karyawan, maka dalam menjalankan pengambilan
keputusan saya akan menyesuaikan dengan lingkungan baik jangka pendek atau
jangka Panjang yang harus dihadapi setelah keputusan itu diambil.
8. Dan pada akhirnya, apakah
pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita?
Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran
tentunya harus memerdekakan murid-murid kita. Keputusan seorang guru dalam
proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang bisa
mengarahkan siswa pada pengembangan potensi, kebebasan berpendapat dan
kebebasan mengekspresikan diri dalam proses pembelajaran sehingga mereka
mendapatkan kebebasan belajarnya.
9. Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan murid-muridnya?
Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan
pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat
dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif
, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka
sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang,
penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi
kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi
ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa
kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya
apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi
berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak
kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan
terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan
belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu
melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
10. Apakah kesimpulan akhir yang
dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill
yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar
Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan
harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran
penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar
pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak
dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah
pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu
masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka
belajar.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu
menerapkan Prinsip pratap triloka dari Ki hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso
sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai penuntun,
guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai yang
berpihak pada siswa dengan berpedoman pada nilai-nilai moral, religiusitas dan
nilai-nilai universal serta bertanggung jawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri,
reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman
pengambilan keputusan.
Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga menghargai visi,
misi sekolah, budaya dan nilai sebagai pengambilan keputusan di sekolah sebagai
pemimpin pembelajaran. Guru juga harus mandiri belajar murid dengan mengarahkan
murid pada proses pembelajaran dan pengembangan potensi siswa melalui proses
pembinaan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan hal ini akan
memudahkan siswa dalam menentukan masa kelak. Kompetensi sosial emosional yang
matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang
tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri atau self awareness, Pengelolaan
diri (self management), Kesadaran sosial atau kesadaran sosial, dan
keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).
Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada
dalam situasi dilema etika maupun moral, kita menggunakan prinsip kesadaran
penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan
konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipermudah dan
bermanfaat. Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil strategi untuk
membedakan yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan siswa
pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses pembinaan
sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.
Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan
prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Untuk itu saya harus berlatih menerapkan
kemampuan pengambilan keputusan ini menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9
langkah pengambilan keputusan yang saya lakukan sebagai aksi nyata yang harus
saya lakukan dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah saya yang saya buat
dalam rencana program
11. Sejauh mana pemahaman Anda
tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema
etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Berikut pemahaman saya tentang modul 3.1:
Dilema etika sendiri merupakan dua
keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan
dimasa salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika
benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah.
Tentu seringkali guru menemui atau menghadapi
situasi dimana harus mengambil keputusan yang di situ terdapat nilai-nilai
kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling
bertentangan. Dalam modul ini sangat jelas bahwa sesulit apapun keputusan yang
akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang
berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan
bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Secara umum ada pola, model, atau paradigma
yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah
ini:
1. Individu lawan kelompok (individual vs
community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice
vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short
term vs long term)
Seorang guru sebagaim pemimpin pembelajaran
juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan
yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan
menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip
tersebut adalah:
1.
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking)
2.
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking)
3.
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking)
Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah
berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki
konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali
hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung
jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang
diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian
untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan
pengambilan dan pengujian keputusan yaitu sbb:
- Mengenali
bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
- Menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini
- Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
- Pengujian
benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi,
uji panutan/idola)
- Pengujian
paradigma benar atau salah
- Prinsip
pengambilan keputusan
- Investigasi
tri lema
- Buat
keputusan
- Meninjau
kembali keputusan dan refleksikan
Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah
ketika saya mengambil suatu keputusan saya hanya berpikir benar-salah,
untung-rugi saja. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil
sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan
melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya
cukup menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah lalu mufakat dan memiliki
resiko paling kecil.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan
pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana
pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul 3.1, saya banyak menjumpai kasus dilema etika dan bujukan moral. Saya langsung memutuskan semua kasus tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu. Semua keputusan hanya didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi saat mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran berbasis rasa peduli atau care based thinking adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika. Dalam kasus dilema etika bahkan sering berakibat lingkungan kurang kondusif karena saya mengambil keputusan tanpa pengujian, kadang saya juga menggunakan uji panutan atau idola. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis dengan konsep yang saya pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda,
perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Setelah saya mempelajari modul 3.1, saya
menjadi lebih mantap, yakin dan percaya diri dalam mengambil keputusan terkait
kasus dilema etika, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui
proses analisa paradigma dan prinsip pengambilan keputusan serta pengujian
keputusan melalui sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena
saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan
yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan
yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Keputusan
yang saya ambil juga saya usahakan berpihak pada murid. Segala keputusan yang
saya ambil kini lebih berdampak positif terhadap lingkungan sehingga lingkungan
nyaman, aman dan kondusif. Melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan
keputusan, saya merasa semua Langkah tertata dan terbantu dalam setiap
penyelesaian kasus dilema etika yang saya hadapi.
14. Seberapa penting mempelajari
topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang
pemimpin?
Jika ditanya seberapa penting, maka saya
jawab sangat penting. Hal ini dikarenakan modul 3.1 ini snagat membantu saya
dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Secara individu sebagai guru
ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat membuat
keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang
ceroboh atau merugikan orang banyak. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang
pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya
buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Akan
tetapi sekarang saya lebih terbantu dalam membuat keputusan yang tepat.
Sekarang saya lebih percaya diri memutuskan segala kasus baik dilema etika dan
bujukan moral dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan. Saya
semakin percaya diri dalam membuat keputusan yang tepat. Saya akan segera
mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan sesuai modul 3.1 dan menerapkan
pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan
pembelajaran. Semangat menuju aksi nyata. Salam dan Bahagia.
Alhamdullah sekarang Saya sudah lulus dari Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8