Jumat, 22 September 2023

Tugas : 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1. Modul. 3.1. Pengambil Keputusan Bebasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin




Salam Bahagia Bapak dan Ibu Guru Hebat…..

Perkenalkan saya Liawati, S.Pd. dari SMA Negeri 7 Tanjung Jabung Timur, calon Guru Peggerak Angkatan 8 tahun 2023. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya kutipkan kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan renungan bagi kita bersama.

 

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakikatnya pendidikan ini untuk mengembangkan potensi seseorang dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan untuk menjadikannya sebagai manusia yang utuh. Pemberdayaan potensi peserta didik diarahkan untuk membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Sebagai sebuah institusi moral, sekolah merupakan sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai,  dan moralitas  dalam diri setiap murid.  Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid.

Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal ini akan tercermin dalam perilaku kesehariannya, sehingga seorang pendidik dapat menjadi role model bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal.

Dalam menjalankan perannya, kita sebagai seorang pendidik harus mampu memberikan kontribusi bagi peserta didik, dimana dalam setiap pengambilan keputusan harus berpihak kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Kita menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah, nilai-nilai apa yang akan dijunjung tinggi, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya. Jadi seorang pendidik senantiasa berupaya untuk menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal dan memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut:

Memahami kalimat tersebut, maka pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma-norma  sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.

Setelah kita memahami beberapa hal diatas, berikut adalah pendekatan atas tinjauan dari koneksi antar materi pada modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan.

 

1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu : Ing ngarso sung tulodo, artinya di depan menjadi teladan. Dalam pengambilan keputusan maka seyogyanya seorang guru harus menerapkan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil adalah dapat dijadikan contoh atau teladan bagi murid-murid baik di kelas maupun kehidupan pribadinya. Dengan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam proses pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada siswa dalam hal bagaimana mengambil keputusan yang tepat yang tentu saja akan berdampak pada kesejahteraan siswa kita. Ing madya mangun semangat karsa, artinya di tengah membangun. Hal ini seyogyanya keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan bagi murid untuk belajar dan mengembangkan potensi diri Tut wuri handayani. yang artinya di belakang memberi dukungan dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang dibutuhkan harus memberikan dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan berpegang teguh pada prinsip atau filosofi pratap triloka. Dimana nilai ketiga adalah sebagai teladan, sebagai motivator, pemberi dukungan yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka akan memberikan dasar yang baik dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai tersebut yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan berpihak pada kepentingan murid. Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarsa sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madya mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru bainya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang akan pikiran seseorang dalam suatu keputusan. nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip kita dalam memutuskan sesuatu. Sebagai seorang pembelajaran guru berpegang teguh pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan universal serta nilai tanggung jawab sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat ditanggung jwabkan. Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan yang memperkuat dan juga cara pandang terhadap masalah sehingga dapat mempertajam analisis terhadap kasus dilema etika maupun bujukkan moral yang dialami dan memperkuat paradigma berpikir maupun berpikir kita sehingga kita berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan yang bisa diperbuat.


3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan diambil keputusannya, dimana coach menguraikan masalahnya dengan membantu terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach mengarahkan coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari beragam pilihan-pilihan solusi atas masalahnya. Kegiatan terbimbing pada materi pembelajaran, sangat membantu sekali dalam mengarahkan guru pada pengambilan keputusan yang tepat dan guru sebagai coachee dapat menganalisis keputusan yang telah diambil, dengan pertanyaan – pertanyaan yang bisa mengembangkan metakognisi/berpikir kritis terhadap keputusan sehingga guru sebagai coachee bisa mengeksplor potensi diri dan menghasilkan keputusan yang berpihak pada murid sehingga gurupun dapat mengoptimalkan potensi siswa melalui pembinaan dalam pengambilan keputusan. Secara umum proses coaching merupakan kegiatan kemitraan antara coach dan coachee yang membantu coachee untuk membuat keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi. Tahap demi tahap proses coaching dari segi tujuan, masalah, rencana aksi dan berisi pertanyaan reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi coachee pada proses pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan coachee pada pengambilan keputusan yang efektif .

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

: Tujuan

: Identifikasi

: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

Nilai-nilai yang dimiliki seseorang bisa berupa nilai kejujuran, loyalitas, kepedulian, kepedulian terhadap orang lain, memenuhi janji dan lainnya. Nilai yang ada tersebut akan menentukan prinsip dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam membuat keputusan sering menggunakan lebih dari satu pertimbangan tentu berdasarkan nilai-nilai etika yang dipahami dan dianutnya. Pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut seseorang akan menentukan sudut pandang, kecendrungan paradigma dan prinsip yang diambil seseorang dalam membuat keputusan.

Dilema Etika adalah situasi dimana terjadi batin karena situasi yang memiliki situasi yang sama namun bertentangan. Etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi.

untuk itu dalam memutuskan kasus dilema etika maka guru harus memegang teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.

4 Paradigma Berpikir:

a.      Individu lawan masyarakat (individu vs komunitas)

b.     Rasa keadilan lawan rasa panggang (justice vs rahmat)

c.      Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d.     Jangka pendek lawan jangka panjang (jangka pendek vs jangka panjang)

 

3 Prinsip Berpikir:

a.     Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b.     Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c.      Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)

Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu:

Langkah 1 : Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Langkah 2 : Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

Langkah 3 : Kumpulkan fakta-fakta yang relevan

Langkah 4 : Pengujian benar atau salah, yang terdiri atas:

a.      Uji Hukum

b.     Uji Regulasi/Standar Profesional

c.      Uji Intuisi

d.     Uji Halaman Depan Quran

e.      Uji Panutan/Idola

Langkah 5: Pengujian Para digma Benar lawan Benar

Langkah 6: melakukan Prinsip Resolusi

Langkah 7 : Investigasi Opsi Trilema

Langkah 8: Buat keputusan

Langkah 9, Tinjau lagi keputusan dan refleksikan

 

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki konsekuensi positif terhadap institusi atau lembaga diaman kita berada. Pengambilan keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai pemimpin pembelajaran, karena secara langsung atau tidak langsung keputusan kita akan berpengaruh terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau lingkungan tempat kita berada, dan terutama komunitas dimana kita berada atau siswa yang mungkin juga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.

Sehingga dalam membuat keputusan kita harus memikirkan konsekuensi yang efektif dari keputusan kita, dengan terlebih dahulu memikirkan terlebih dahulu keputusan kita menggunakan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang. Karena jika keputusan kita tepat, maka akan terwujud lingkungan yang positif, juga kondusif serta aman dan nyaman, karena keputusan kita menentukan hal tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jika kita salah mengambil keputusan, tentu saja konsekuensinya juga tidak akan baik dan berdampak buruk pada lingkungan dan orang-orang yang beroperasi secara langsung maupun tidak langsung dengan keputusan kita.

 

 

7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

Jika masalah yang timbul merujuk bersinggungan dengan pihak lain baik itu guru ataupun karyawan, maka dalam menjalankan pengambilan keputusan saya akan menyesuaikan dengan lingkungan baik jangka pendek atau jangka Panjang yang harus dihadapi setelah keputusan itu diambil.

 

8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin pembelajaran tentunya harus memerdekakan murid-murid kita. Keputusan seorang guru dalam proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang bisa mengarahkan siswa pada pengembangan potensi, kebebasan berpendapat dan kebebasan mengekspresikan diri dalam proses pembelajaran sehingga mereka mendapatkan kebebasan belajarnya.

 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

 

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu menerapkan Prinsip pratap triloka dari Ki hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai penuntun, guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai yang berpihak pada siswa dengan berpedoman pada nilai-nilai moral, religiusitas dan nilai-nilai universal serta bertanggung jawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.

Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga menghargai visi, misi sekolah, budaya dan nilai sebagai pengambilan keputusan di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Guru juga harus mandiri belajar murid dengan mengarahkan murid pada proses pembelajaran dan pengembangan potensi siswa melalui proses pembinaan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan hal ini akan memudahkan siswa dalam menentukan masa kelak. Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri atau self awareness, Pengelolaan diri (self management), Kesadaran sosial atau kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).

Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada dalam situasi dilema etika maupun moral, kita menggunakan prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipermudah dan bermanfaat. Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil strategi untuk membedakan yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan siswa pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses pembinaan sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.

Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Untuk itu saya harus berlatih menerapkan kemampuan pengambilan keputusan ini menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan yang saya lakukan sebagai aksi nyata yang harus saya lakukan dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah saya yang saya buat dalam rencana program

 

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Berikut pemahaman saya tentang modul 3.1:

Dilema etika sendiri merupakan dua keputusan yang sama-sama benar sedangkan bujukan moral adalah dua keputusan dimasa salah satunya adalah keputusan yang salah. Jadi jelas bahwa dilema etika benar lawan benar sedangkan bujukan moral keputusan yang benar lawan salah.

Tentu seringkali guru menemui atau menghadapi situasi dimana harus mengambil keputusan yang di situ terdapat nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama memiliki nilai kebenaran, namun saling bertentangan. Dalam modul ini sangat jelas bahwa sesulit apapun keputusan yang akan diambil, sebagai guru paling tidak selalu berpatokan dengan 3 unsur yang berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan kelompok (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Seorang guru sebagaim pemimpin pembelajaran juga dapat menganalisis 3 prinsip atau pendekatan dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, serta menilai dirinya memiliki kecenderungan menggunakan prinsip yang mana pada saat pengambilan keputusan. Ketiga prinsip tersebut adalah:

1.     Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

2.     Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3.     Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu sbb:

  1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
  4. Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
  5. Pengujian paradigma benar atau salah
  6. Prinsip pengambilan keputusan
  7. Investigasi tri lema
  8. Buat keputusan
  9. Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

 

Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ketika saya mengambil suatu keputusan saya hanya berpikir benar-salah, untung-rugi saja. Ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini saya cukup menyelesaikan semua kasus dengan musyawarah lalu mufakat dan memiliki resiko paling kecil.

 

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul 3.1, saya banyak menjumpai kasus dilema etika dan bujukan moral. Saya langsung memutuskan semua kasus tanpa melakukan pengujian terlebih dahulu. Semua keputusan hanya didasarkan pada intuisi saya, nilai-nilai saya, dan pertimbangan saya terhadap orang lain. Jadi saat mempelajari modul 3.1, saya merasa bahwa pemikiran berbasis rasa peduli atau care based thinking adalah prinsip yang digunakan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan dilema etika. Dalam kasus dilema etika bahkan sering berakibat lingkungan kurang kondusif karena saya mengambil keputusan tanpa pengujian, kadang saya juga menggunakan uji panutan atau idola. Prosedur pengambilan keputusan saya tidak sama persis dengan konsep yang saya pelajari dalam modul, tetapi ada kesamaan. Ini berarti menganalisis unsur kebenaran lawan salah dan uji panutan dan idola.


13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah saya mempelajari modul 3.1, saya menjadi lebih mantap, yakin dan percaya diri dalam mengambil keputusan terkait kasus dilema etika, terutama sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses analisa paradigma dan prinsip pengambilan keputusan serta pengujian keputusan melalui sembilan langkah ini, saya merasa lebih percaya diri karena saya tahu keputusan saya benar dan efektif. Sehingga dengan melakukan tahapan yang tepat akan meminimalisir dampak negatif terhadap pengambilan keputusan yang telah saya ambil karena telah melalui tahapan yang seharusnya. Keputusan yang saya ambil juga saya usahakan berpihak pada murid. Segala keputusan yang saya ambil kini lebih berdampak positif terhadap lingkungan sehingga lingkungan nyaman, aman dan kondusif. Melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan, saya merasa semua Langkah tertata dan terbantu dalam setiap penyelesaian kasus dilema etika yang saya hadapi.

 

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Jika ditanya seberapa penting, maka saya jawab sangat penting. Hal ini dikarenakan modul 3.1 ini snagat membantu saya dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Secara individu sebagai guru ataupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kini saya dapat membuat keputusan yang benar dan efektif serta menghindari pengambilan keputusan yang ceroboh atau merugikan orang banyak. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan, saya merasa bahwa banyak hal dan keputusan yang saya buat tidak didasarkan pada cara berpikir yang jelas dan terstruktur. Akan tetapi sekarang saya lebih terbantu dalam membuat keputusan yang tepat. Sekarang saya lebih percaya diri memutuskan segala kasus baik dilema etika dan bujukan moral dengan menggunakan sembilan langkah pengambilan keputusan. Saya semakin percaya diri  dalam membuat keputusan yang tepat. Saya akan segera mengimplementasikan keterampilan membuat keputusan sesuai modul 3.1 dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh akan membutuhkan lebih banyak latihan dan pembelajaran. Semangat menuju aksi nyata. Salam dan Bahagia.


Alhamdullah sekarang Saya sudah lulus dari Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8






      “LAPORAN BEST PRACTICE”   MENYUSUN CERITA PRAKTIK BAIK (BEST PRACTICE) MENGGUNAKAN METODE  STAR (SITUASI, TANTANGAN, AKSI, REF...